Psikopat adalah
suatu gejala kelainan kepribadian yang sejak dulu dianggap berbahaya dan mengganggu masyarakat.
Dr. Hervey Cleckley, psikiater yang dianggap salah satu peneliti perintis
tentang Psikopat, menulis dalam bukunya “The Mask of Sanity” (1947,
dalam Hare, 1993), menggambarkan Psikopat sebagai pribadi yang “likeable,
charming, intelligent, alert, impressive, confidence-inspiring, an a great
success with the ladies”, tetapi sekaligus juga “irresponsible, self
destructive, and the like”. Demikian pula Dr. Robert Hare, dalam bukunya “Without
Conscience: The disturbing world of the Psychopaths among us“ (1993) masih
bergelut dengan isu yang sama, yaitu kepribadian psikopat yang nampaknya baik
hati, tetapi sangat merugikan masyarakat. (3)
Namun perlu dicatat, bahwa istilah
Psikopat, yang sejak 1952 diganti dengan Sosiopat dan dalam DSM II 1968 resmi
dinamakan Sosiopat (Ramsland, tanpa tahun) itu, justru tidak bisa ditemukan
dalam DSM IV. Yang ada dalam manual baku yang digunakan oleh para psikitaer di
seluruh Amerika Serikat (dan diacu juga oleh para psikolog klinis dan psikiater
dan psikolog di Indonesia) itu adalah 10 jenis Kelainan Kepribadian
(Personality Disorders) (American Psychiatric Association, 1994: 629). (3)
Seorang psikopat dapat
melakukan apa saja yang diinginkan dan yakin bahwa yang dilakukannya itu benar.
Sifatnya yang pembohong, manipulatif, tanpa rasa kasihan atau rasa bersalah
setelah menyakiti orang lain, tanpa ekspresi, sulit berempati dengan orang lain
dan mudah mengancam siapa saja, bahkan kadang-kadang ia dapat bertindak kejam
tanpa pandang bulu. Pembicaraan mengenai dirinya sangat melambung tinggi dan
melihat kelemahan dirinya ada pada orang lain dan tidak peduli terhadap
siapapun. (2)
Di Amerika Serikat, Psikopat cukup
banyak. Di Indonesia data pastinya memang belum ada. Dra. Tieneke Syaraswati,
DNS, Ed, M.Fil, A.And dari FKUI mensinyalir jumlahnya pasti banyak. (4)
Apa penyebabnya (etiologi) ?
Sama seperti definisi dan ruang
lingkup, tidak berbicara jelas tentang faktor-faktor penyebab kelainan
kepribadian yang bernama psikopat ini. Sampai saat ini, banyak penelitian yang
mendukung berbagai aspek penyebab kelainan ini antara lain (3) :
1. Kelainan di otak.
Hubungan antara gejala Psikopat
dengan kelainan sistem serotonin, kelainan struktural (“…decreased
prefrontal grey matter, decreased posterior hippocampal volume and increased
callosal white matter) dan kelainan fungsional (… dysfunction of
particular frontal and temporal lobe) otak. (Pridmore, Chambers &
McArthur 2005).
2. Lingkungan.
Mereka yang berkepribadian psikopat
memiliki latar belakang masa kecil yang tidak memberi peluang untuk
perkembangan emosinya secara optimal. (Kirkman, 2002).
3. Kepribadian sendiri.
Adanya korelasi antara perilaku
orang-orang dengan sindrom psikopat, dengan skor yang tinggi dalam tes
kepribadian Revised NEO Personality Inventory (NEO-P-I-R,1992). (Miller
& Lynam, 2003)
Selain beberapa penelitian diatas
masih banyak lagi penelitian tentang etiologi psikopat. Sebagian besar psikolog
dan psikiater masih berpegang pada faktor lingkungan dalam timbulnya kepribadian
psikopat ini.
Bagaimana mendeteksinya ?
Kesulitan metodologis dalam
penelitian tentang Psikopat, terutama datang dari terbatasnya kasus yang
tersedia. Karena itu beberapa penelitian hanya didasarkan pada satu kasus saja
(Hare, 1993; Litman, 2004; Bauchard, 2002). Beberapa penelitian lain terbatas
pada sampel tertentu yang bias, seperti Narapidana, hanya bisa dilakukan
terhadap topik-topik yang lebih umum dan bisa menggunakan responden umum
seperti studi komparatif (N orang dengan indikasi Psikopat berdasarkan DSM IV =
89, N kontrol = 20) (Dolan & Fullam, 2004), atau studi simulasi (N
mahasiswa S1 = 174) (Guy & Edens,2003).(3)
Walaupun tidak dapat
menentukan penyebabnya, saat ini terdapat alat yang baik untuk mendiferensiasi
antara orang-orang dengan gejala psikopat dengan yang tidak, yaitu Psychopath
Check List – Revised (PCL-R) yang dikembangkan oleh Prof.Robert Hare yang
terdiri atas 20 kuesioner yang memiliki skor 0-2 di setiap pertanyaan. Sedikit
kutipan dari 20 pertanyaan dalam PCL-R tentang ciri-ciri psikopat,
sebagai berikut (5) :
- Persuasif dan memesona di permukaan.
- Menghargai diri yang berlebihan.
- Butuh stimulasi atau gampang bosan.
- Pembohong yang patologis.
- Menipu dan manipulatif.
- Kurang rasa bersalah dan berdosa.
- Emosi dangkal.
- Kasar dan kurang empati.
- Hidup seperti parasit.
- Buruknya pengendalian perilaku.
- Longgarnya perilaku seksual
- Masalah perilaku dini (sebelum usia 13 tahun).
- Tidak punya tujuan jangka panjang yang realistis.
- Impulsif.
- Tidak bertanggung jawab atas kewajiban.
- Tidak bertanggung jawab atas tindakan sendiri.
- Pernikahan jangka pendek yang berulang.
- Kenakalan remaja.
- Melanggar norma.
- Keragaman kriminal.
Indonesia saat ini menggunakan Tes Minessota
Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2) untuk mendeteksi kepribadian
psikopat ini yang didalamnya terdapat skala klinis, Skala isi, dan Skala
penunjang. Pada awalnya tes MMPI-2 digunakan dalam pelayanan kesehatan jiwa,
kemudian meluas ke kalangan militer dan pemerintahan sebagai bagian dari
seleksi dan rekruitmen calon pegawai, pejabat (Legislatif & Eksekutif),
termasuk calon presiden dan wakilnya. (6)
Alat ukur lain yang digunakan
berdasarkan teori yang sudah eksis (metode deduksi) adalah Primitive Defense
Guide (Helfgott, 2004), Rorschach (Cunliffe & Gacono, 2005), ToM
(Theory of Mind) (Dolan & Fullam, 2004; Ritchell, et al. 2003), SCT
(Sentence Completion Test) (Endres, 2004), dan NEO PIR (Miller & Lynam,
2003). (3)
Bisakah disembuhkan ?
Sebagai kelainan kepribadian yang
belum bisa dipastikan penyebabnya, Psikopat belum bisa dipastikan bisa
disembuhkan atau tidak. Perawatan terhadap penderita psikopat menurut
pengamatan Hare, bukan saja tidak menyembuhkan, melainkan justru menambah parah
gejalanya, karena psikopat yang bersangkutan bisa semakin canggih dalam
memanipulasi perilakunya yang merugikan orang lain..Beberapa hal, kata Hare
akan membaik sendiri dengan bertambahnya
usia, misalnya energi yang tidak sebesar waktu muda.
Menurut Tieneke, perilaku psikopatik
biasanya muncul dan berkembang pada masa dewasa, mencapai puncak di usia 40
tahun-an, mengalami fase plateau sekitar usia 50 tahun-an lantas perlahan
memudar. “ Psikopat juga bisa disebabkan kesalahan pola asuh.” Tambahnya. Saran
Tieneke, “Waspadai anak yang pemarah, suka berkelahi dan melawan, melanggar
aturan merusak, dan bengis terhadap hewan serta anak yang lebih kecil”.
Di sisi lain, Kirkman (2002) yang
percaya bahwa psikopat terbentuk karena salah asuh pada masa kecil, berpendapat
bahwa Psikopat bisa dicegah sedini mungkin dengan memberikan asuhan yang tepat
sehingga meminimalkan resiko individu kekurangan afeksi pada masa kecilnya.
Indikasi KDRT (Kekerasan Dalam Rumah
Tangga) dapat disebabkan karena kepribadian Psikopat ternyata mungkin. Menurut
Dr. Husein Anuz Sp.KJ, “Ayah yang Psikopat cenderung memberikan anak yang
psikopat juga.”. Ini menunjukkan besarnya peran faktor lingkungan. Biasanya
Anak akan meniru apa yang dilakukan Orang Tua nya, jadi tidak heran kasus KDRT
rata-rata disebabkan karena apa yang mereka perbuat kepada keluarganya saat ini
seperti apa yang orang tua mereka dulu perbuat terhadap keluarganya. (7)
Di beberapa negara timbul reaksi di
masyarakat akibat ketidaktahuan tentang penyembuhan psikopat. Masyarakat
mencoba melindungi diri melalui Undang-Undang. Di Belanda, UU Anti Psikopat
diluncurkan dua kali (Abad XX dan di tahun 2002). Demikian pula di AS, hukum
anti psikopat dimulai tahu 1930-an yang ditujukan pada Sex Offenders.
(Granlund, 2005; Quinn, Forsyth & Mullen-Quinn, 2004).
Yang terpenting adalah penanganan
korban psikopat. Penanganan korban psikopat seringkali harus mengalami proses
penyembuhan yang panjang dan sulit. Umumnya mereka jatuh dalam trauma yang
mendalam. Jadi, tak perlu membuang waktu untuk mengubah Psikopat.